Belajar Fotografi Bersama Visual Storyteller Beawiharta

Belajar Fotografi Bersama Pewarta Foto Beawiharta
Pewarta foto senior, Beawiharta memberikan materi belajar fotografi dan Photo Story di Museum Sultan Sulaiman Badrul Alamsyah Tanjungpinang. Kontenfoto/Yusnadi Nazar
Belajar Fotografi Bersama Pewarta Foto Beawiharta
Pewarta foto senior, Beawiharta memberikan materi belajar fotografi dan Photo Story di Museum Sultan Sulaiman Badrul Alamsyah Tanjungpinang. Kontenfoto/Yusnadi Nazar

Belajar fotografi bercerita untuk menghasilkan sebuah karya foto cerita (Storytelling) yang unik dan menarik, bukanlah hal yang sulit. Meskipun demikian, belajar fotografi bercerita itu sangat mudah untuk memahaminya.

Bagi fotografer Tanjungpinang yang ingin mempelajari tentang foto cerita, jurnalis foto senior Beawiharta telah membuat panduan belajar untuk membuatnya.

Menurut Beawiharta, fotografi adalah bahasa visual. Bahasa terdiri dari tulisan dan narasi. Bahasa visual terdiri dari foto dan video.

Foto cerita sama dengan cerita foto atau cerita yang berbentuk foto yang terdiri dari sebuah cerita dan sejumlah foto yang mendeskripsikan cerita tersebut.

Subjek, Predikat, Objek dan Keterangan (SPOK) harus melengkapi sebuah foto cerita yag kuat dan lengkap serta sesuai kaidah jurnalistik.

Cerita foto Citayam Fashion Week, Jakarta. (Beawiharta)

Sehingga untuk mempelajari hal-hal yang penting terkait foto cerita, Beawiharta akan membahasnya. Yuk kita simak panduannya:

Temukan dulu ceritanya, mau bercerita tentang apa ?

1. Berkomunikasi dan bertanya adalah hal yang penting.

Menggali dan melibatkan perasaan. Memberikan empati dan menemukan ceritanya dari obrolan tersebut.

2. Menciptakan pemeran atau aktor utama. Menjadikannya sebagai pahlawan dalam sebuah foto cerita.

Cerita yang bagus dan menarik membutuhkan karakter pahlawan. Menjadi contoh bagi pembaca.

Menjadikannya panutan atau seseorang dengan kemalangannya, menemukan jalan keluar. Itu akan tertaut di hati ketika pembaca merasa ingin menjadi seperti pahlawan itu.

3. To the point. Membuat struktur yang jelas dan menarik.

Temukan ceritanya, buatlah struktur yang sederhana. Membawa pembaca fokus pada ceritanya dan jangan membuat cerita yang berbelit-belit.

Membuat cerita sesederhana mungkin. Sebab cerita akan menarik, jika mempunyai jalan keluar dari masalahnya.

4. Mempunyai masalah dan ketegangan dalam cerita.

Menurut Beawiharta, setiap cerita yang bagus harus mempunyai karakter “penjahat” di dalam ceritanya. Dapat memecahkan masalah dalam cerita tersebut.

5. . Gunakan daya tarik emosi.

Menampilkan emosi sehingga pembaca dapat merasakan emosinya. Cerita akan menarik, jika emosi seperti rasa sedih, senang serta rasa gembira.

Menggali rasa apapun dari pemeran utama atau tokoh lain dalam cerita. Mennari emosi dalam bentuk visual. Emosi visual berpeluang besar menjadi foto utama dalam cerita.

6. Menomor satukan pembaca.

Pembaca tidak peduli pada produk yang kamu ceritakan. Hanya mempedulikan diri sendiri dan masalahnya. Pembaca dapat menemukan jalan keluar dari masalahnya dari cerita.

Set of Three

Set of Three adalah seri foto yang terdiri dari minimal tiga foto dari sebuah cerita. Tiga foto menggambarkan foto lanskap, foto medium dan foto detail.

Foto Lanskap Petani Sayur di Gunung Merbabu, Jawa Tengah. (Beawiharta)

Lanskap adalah foto lanskap dalam arti yang sebenarnya. Foto mewakili keseluruhan sebuah cerita atau tema yang diambil.

Foto Medium Petani Sayur di Gunung Merbabu, Jawa Tengah. (Beawiharta)

Foto medium pada dasarnya bisa menunjukkan kegiatan manusia, sebagai point of interestnya. Kemudian foto detail adalah foto yang menggambarkan kegiatan secara jelas sehingga sangat mendetail.

Foto Detail Petani Sayur di Gunung Merbabu, Jawa Tengah. (Beawiharta)

Itulah beberapa langkah menciptakan sebuah foto cerita menurut Beawiharta. Yuk mari kita mencobanya. (*)

Artikel ini Konten Foto rangkum dari beragam sumber

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *