Bukit Cermin yang Legendaris sebagai Pusat Pertahanan Tanjungpinang

Menjadi Bukit Intai Strategis pada Zaman Kerajaan Melawan Penjajah

Bukit Cermin yang Legendaris sebagai Pusat Pertahanan Tanjungpinang
Bukit Cermin yang legendaris ini terkenal sebagai pusat pertahanan Tanjungpinang pada zaman kerajaan Riau Lingga. Dokumentasi Foto: Yusnadi Nazar

kontenfoto.com – Bukit Cermin Tanjungpinang yang legendaris ini merupakan kawasan pusat pertahanan. Menjadi bukit intai strategis kerajaan melawan penjajah.

Kawasan Bukit Cermin Tanjungpinang memiliki peran penting dalam sejarah kerajaan. Menjadi tempat pengintaian penjaga perbatasan untuk memantau kedatangan kapal penjajah.

Asal usul nama Bukit Cermin yang legendaris ini juga tidak terlepas dari kondisi geografis yang terletak di kawasan paling tinggi di Tanjungpinang.

Menurut cerita rakyat tersebutlah bahwa kawasan ini bernama Bukit Cermin karena terletak di perbukitan yang begitu tinggi di Tanjungpinang.

Selain itu, berdasarkan penuturan masyarakat setempat bahwa dahulunya kawasan ini merupakan kawasan yang memiliki banyak bukit.

Saat ini, kawasan paling tinggi di Tanjungpinang ini berdiri satu masjid berwarna kuning kombinasi putih dan dua menara atau tower telekomunikasi.

Oleh karena itu, adanya satu masjid dan dua tower, menunjukkan bahwa perbukitan ini yang menjadi dasar penamaan kawasan yang juga terkenal dengan nama Kampung Bukit ini.

Asal-usul Nama Bukit Cermin

Menurut Budayawan Tanjungpinang Yoan Sutrisna Nugraha, penamaan nama Bukit Cermin, berkaitan erat dengan era Kerajaan Riau Lingga.

Ibu Kota saat itu adalah di Istana Kota Rebah yang terletak di Sungai Carang atau Hulu Riau. Kerajaan Riau Lingga ini berkuasa tahun 1700 hingga 1784.

Pada zaman itu yang berkuasa adalah Yang Dipertuan Muda ke IV Raja Haji Fisabilillah, maka bukit ini berdiri sebuah cermin besar untuk pengintaian.

Menjadi bukit intai para Ribath atau penjaga perbatasan kerajaan. Tugasnya untuk memantau kedatangan kapal-kapal asing penjajah masuk ke Hulu Riau.

Penjaga perbatasan ini menggunakan cermin besar yang berada di atas bukit paling tinggi di Tanjungpinang ini, untuk menjangkau penglihatan hingga ke semenanjung pantai.

Selain itu, cermin besar tersebut berfungsi sebagai alat pantul cahaya atau kode bagi pertahanan kerajaan ke Pulau Penyengat, Istana Kota Rebah Hulu Riau dan Sungai Carang.

Berdasarkan buku Sejarah Melayu karya Ahmad Dahlan, dari pekerjaan para Ribath inilah kapal Inggris yaitu Betsy tertangkap oleh pasukan Raja Haji Fisabilillah pada 1782.

“Dari sejarah cermin besar tersebut, kampung ini sekarang juga terkenal sebagai Bukit Cermin,” jelas Yoan.

Namun, lanjut Yoan, saat penjajah Belanda berkuasa dan mempunyai keresidenan di Tanjungpinang, versi penamaan kawasan paling tinggi di Tanjungpinang ini berubah.

“Bukan dari latar belakang sejarah yang merupakan pos penjaga perbatasan,” katanya.

Menurut cerita rakyat, Belanda menamakan Bukit Cermin karena kawasan ini telah lama tidak berpenghuni, maka tumbuh pohon-pohon besar.

Jika hujan mengguyur, air di dedaunan pohon akan bersinar dan berkilau sehingga Belanda mengatakan cahaya tersebut adalah Spie yang artinya cermin.

“Makanya Belanda menamakan bukit itu Bukit Cermin,” jelas Yoan.

Menjadi Kawasan Padat Penduduk 
Bukit Cermin yang Legendaris sebagai Pusat Pertahanan Tanjungpinang
Lanskap Kota Tanjungpinang yang dilihat dari kawasan Bukit Cermin. Dokumentasi Foto: Yusnadi Nazar

Saat ini, kata Yoan, kawasan Kampung Bukit  Tanjungpinang juga terkenal dengan nama Puncak dan kini padat dengan rumah penduduk.

Dari kawasan ini, masyarakat Tanjungpinang dapat menyaksikan keindahan Gunung Bintan dan Sungai Carang atau Hulu Riau dengan sangat jelas.

Selain itu tampak pemandangan ribuan rumah penduduk yang berdiri di atas laut serta hiruk pikuk kapal-kapal yang berlabuh di sekitar Hulu Riau.

Masyarakat dapat menembus kawasan yang berbatasan langsung dengan Kelurahan Kemboja ini dari berbagai arah.

Untuk menebus kawasan puncak ini, bisa dari Kampung Melati dan Gang Melur Jalan Kemboja, Jalan Sunaryo, Jalan Tugu Pahlawan.

Selanjutnya, dari kawasan Kampung Baru Jalan Dr Sutomo, kawasan Pancur Jalan Ir Juanda, Jalan Borobudur dan Gang Kulim Batu 2 Jalan Brigjen Katamso Tanjungpinang.

Saat ini, kawasan yang legendaris di Tanjungpinang ini, menjadi salah satu Kelurahan di Kecamatan Tanjungpinang Barat, Tanjungpinang, Kepri.

Kini kawasan ini juga telah berkembang menjadi area pemukiman yang dihuni oleh warga dari berbagai latar belakang.

Kawasan ini juga memiliki prestasi yang tercatat dalam sejarah. Salah satunya adalah Rukun Warga (RW) di Kelurahan Bukit Cermin.

Kelurahan Bukit Cermin ini terpilih sebagai Kampung Iklim pertama di Kepri dengan meraih penghargaan Proklim Lestari 2024.

Penghargaan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) ini, atas keberhasilan dalam melakukan mitigasi dan adaptasi perubahan iklim yang terintegrasi.

Pencapaian ini tidak hanya mendukung target penurunan emisi gas rumah kaca nasional. Namun juga meningkatkan ketahanan masyarakat terhadap perubahan iklim. (kontenfoto)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *