kontenfoto.com – Pertempuran heroik Raja Haji Fisabilillah di perairan Tanjungpinang tahun 1784, menjadi simbol sejarah Hari Jadi Kota Tanjungpinang.
Berkat pertempuran heroik Raja Haji Fisabilillah dan bala tentara itu, kini Kota Tanjungpinang melegenda sebagai pusat pertahanan zaman Kerajaan Riau Lingga.
Kota Tanjungpinang merupakan kota tua yang melegenda di Kepri. Dalam catatan sejarah, Kota Tanjungpinang terlahir sejak 241 tahun silam atau pada 6 Januari 1784.
Hari Jadi Kota Tanjungpinang muncul setelah pertempuran heroik Raja Haji Fisabilillah menghancurkan penjajah kolonial di perairan Tanjungpinang.
Dalam catatan sejarah, keberadaan Kota Tanjungpinang sebagai pusat pertahanan semakin terkenal sejak peristiwa Perang Riau.
Peperangan itu antara Kerajaan Riau melawan penjajah kolonial pada tahun 1782 hingga 1784 di perairan Tanjungpinang (perairan Riau).
Yang Dipertuan Muda Raja Haji Fisabilillah sebagai panglima perang, memimpin langsung pertempuran heroik melawan penjajah kolonial.
Sebelum pertempuran heroik di sekitar perairan Tanjungpinang dan Pulau Penyengat tersebut, penjajah kolonial memandang Raja Haji Fisabilillah sebagai tokoh berbahaya.
Sebab Raja Haji Fisabilillah mempunyai pengaruh kuat di sepanjang Selat Malaka yang merupakan jalur strategis perdagangan ataupun pelayaran.
Namun sebab peperangan itu terjadi karena penjajah kolonial telah melanggar kesepakatan yang telah terjalin antara Kerajaan Riau Lingga dan penjajah.
Di antara isi perjanjian dan kesepakatan tersebut adalah tentang harta rampasan yang harus dibagi dua antara Kerajaan Riau Lingga dan penjajah kolonial.
Tanpa sepengetahuan dan izin dari Kerajaan Riau Lingga, penjajah merampas kapal Betsy Inggris yang bermuatan 1.154 peti candu saat melintas di Selat Malaka.
Karena pelanggaran kesepakatan itu, Raja Haji Fisabilillah yang merupakan kelahiran Hulu Riau Tanjungpinang 1727 ini, menganggap penjajah kolonial tidak menghormati hak kerajaan.
Raja Haji Fisabilillah juga menganggap tindakan penjajah merampas kapal berisi candu itu, telah melanggar kedaulatan Kerajaan Riau Lingga.
Siap Berjihad Melawan Penjajah Kolonial
Karena itu pula, Raja Haji Fisabilillah pun kembali ke Tanjungpinang dan memperkuat barisan bala tentara yang berpusat di Pulau Bayan Tanjungpinang.
Raja Haji Fisabilillah sebagai panglima perang seakan telah mengetahui gerak gerik penjajah yang berbasis di Malaka, akan menyerang Hulu Riau Tanjungpinang.
Sang panglima perang legendaris ini kemudian memerintahkan bala tentara untuk siap berjihad melawan kedatangan kapal tentara penjajah kolonial.
Sebelum pertempuran heroik itu, Raja Haji Fisabilillah menunjukkan kepiawaian serta pengalaman perang untuk mengatur strategi mempertahankan tanah kelahirannya itu.
Raja Haji Fisabilillah kemudian mempersiapkan benteng pertahanan di Tanjungpinang, Pulau Penyengat dan Teluk Keriting serta kawasan lainnya.
Bala tentara Raja Haji Fisabilillah yang telah siap untuk berjihad, tidak gentar dengan kedatangan penjajah kolonial yang ingin menguasai Tanjungpinang dan sekitarnya.
Kapal tentara penjajah pun berdatangan ke Tanjungpinang. Kemudian terjadilah pertempuran heroik tersebut di sekitar perairan Tanjungpinang-Pulau Penyengat.
Raih Kemenangan Telak
Peperangan dan pertempuran heroik Raja Haji Fisabilillah bersama bala tentaranya melawan penjajah kolonial, mencapai puncaknya pada 6 Januari 1784.
Melalui peperangan selama dua tahun, Raja Haji Fisabilillah meraih kemenangan telak. Tanda kemenangan itu dengan hancurnya kapal penjajah bernama Malaka’s Wal Faren.
Hancur leburnya kapal penjajah itu, membuat bala tentara Raja Haji Fisabilillah berhasil mengusir pasukan penjajah yang tersisa, mundur dari Tanjungpinang.
Beberapa bulan setelah dari perang legendaris itu, Raja Haji Fisabilillah dan bala tentaranya menuju Teluk Ketapang dan menyerang Malaka yang menjadi pusat pertahanan Belanda di Selat Malaka.
Namun dalam peperangan di Selat Malaka itu, pasukan penjajah yang berkekuatan enam kapal, 326 meriam dan 2130 prajurit, berhasil mengalahkan pasukan kerajaan.
Pada peperangan melawan penjajah kolonial di Selat Malaka itu, sang panglima perang Kerajaan Riau Lingga Raja Haji Fisabilillah, akhirnya syahid.
Kemudian, setelah Belanda berkuasa tahun 1785, Kota Tanjungpinang dan sekitarnya menjadi basis atau pangkalan militer kolonial Belanda.
Selanjutnya Kota Tanjungpinang berstatus Ibu Kota dan pusat pemerintahan dari Residentie Riouw en Onderhoriheden (Residen Riau).
Raja Haji Fisabilillah sebagai Pahlawan Nasional Indonesia
Atas pertempuran heroik Raja Haji Fisabilillah melawan penjajah, pemerintah pusat akhirnya menobatkan panglima perang legendaris itu sebagai Pahlawan Nasional.
Keputusan Raja Haji Fisabilillah sebagai Pahlawan Nasional Indonesia itu terbit pada Agustus 1997, berdasarkan keputusan Presiden nomor: 072/TK/1997.
Sementara itu, tepatnya 6 Januari 1784, pertempuran heroik Raja Haji Fisabilillah yang berhasil menghancurkan penjajah, menjadi Hari Jadi Kota Tanjungpinang.
Untuk menghormati jasanya sebagai Pahlawan Nasional, nama Raja Haji Fisabilillah juga menjadi nama jalan, Bandar Udara dan Pangkalan Udara (Lanud) di Tanjungpinang.
Menurut Peneliti Sejarah BRIN Dedi Arman, penetapan Hari Jadi kota bisa merujuk ke sesuatu yang heroik. Contohnya peperangan di Tanjungpinang pimpinan Raja Haji Fisabilillah.
Namun hal ini bukan berarti sebelumnya Kota Tanjungpinang itu tidak ada atau belum adanya penduduk. Penetapan Hari Jadi berdasarkan sesuatu yang heroik tersebut sah saja.
“Pertempuran heroik Raja Haji Fisabilillah di sekitar perairan Tanjungpinang dan Pulau Penyengat saat melawan penjajah pada 6 Januari 1784, menjadi Hari Jadi Kota Tanjungpinang,” kata Dedi.
Tanjungpinang Terkenal sebagai Pusat Perdagangan
Selain sebagai pusat pertahanan, ungkap Dedi, Kota Tanjungpinang juga telah terkenal sejak lama sebagai pusat perdagangan zaman Kerajaan Johor Riau tahun 1507.
“Dahulunya Bandar Riau di Tanjungpinang terkenal sebagai pusat perdagangan dan ekonomi di Kepulauan Riau,” jelas Dedi.
Keberadaan Kota Tanjungpinang semakin terkenal luas sejak Sultan Abdul Jalil Syah memerintahkan Laksamana Tun Abdul Jamil untuk membuka bandar perdagangan di Pulau Bintan.
Bandar perdagangan itu berada di Sungai Carang, Hulu Riau Tanjungpinang. Bandar yang baru tersebut menjadi bandar yang terkenal ramai yang bernama Bandar Riau.
Keberadaan Bandar Riau membuat peranan Kota Tanjungpinang menjadi sangat penting sebagai kawasan penyangga dan pintu masuk lalu lintas perdagangan zaman kerajaan.
“Selain sebagai pusat perdagangan, Bandar Riau di Hulu Riau Tanjungpinang juga terkenal sebagai pusat pemerintahan Kerajaan Johor Riau,” terang Dedi.
Terkait penamaan Tanjungpinang, Dedi menjelaskan bahwa kota tua ini bernama Tanjungpinang karena terletak di sebuah tanjung atau tanah yang menjorok ke laut.
Zaman dahulu, jelas Dedi, Pulau Bintan banyak tumbuh pohon pinang. Tempat ini dahulunya petunjuk bagi pelaut untuk masuk ke Sungai Bintan.
“Nama ini (Tanjungpinang) juga ada di dalam naskah Tuhfat al-Nafis karya Raja Ali Haji dan terdapat dalam Silsilah Melayu Bugis,” sebut Dedi Arman. (kontenfoto)
Penulis: Yusnadi Nazar