kontenfoto.com – Masjid Agung Al Hikmah Tanjungpinang merupakan salah satu warisan sejarah yang megah dan masih tetap kokoh berdiri hingga kini.
Masjid Agung Al Hikmah yang berlokasi di kawasan Kota Lama Tanjungpinang ini, diyakini saat ini telah berusia ratusan tahun atau hampir dua abad.
Memiliki arsitektur khas Melayu nan megah, Masjid Agung Al Hikmah Tanjungpinang, masih tegak berdiri kokoh. Kini menjadi pusat kegiatan agama dan sosial bagi masyarakat Muslim.
Masjid Agung Al Hikmah adalah Masjid yang populer di Tanjungpinang. Masjid dengan luas bangunan 35 x 30 meter persegi ini, dahulunya terkenal dengan sebutan Masjid Keling.
Namun kini Masjid Keling hanya tinggal nama dan sejarah. Bentuk fisiknya tidak lagi berbekas. Sekitar tahun 1956, Masjid Keling berubah menjadi bangunan baru.
Kemudian Masjid Keling berubah nama menjadi Masjid Raya Al Hikmah. Kini statusnya berubah menjadi Masjid Agung Al Hikmah Tanjungpinang.
Dalam catatan sejarah, Masjid Agung Al Hikmah merupakan salah satu Masjid tua di Tanjungpinang dan mempunyai sejarah yang panjang.
Komunitas perantau etnis Muslim India yang singgah untuk berdagang di Tanjungpinang sekitar tahun 1800-an, membangun Masjid ini dan terkenal dengan sebutan Masjid Keling.
Konten Lainnya:
Awalnya, kedatangan etnis India atau Orang Keling ke Tanjungpinang ini, bukan untuk menetap. Namun para perantau datang ke Tanjungpinang untuk berdagang.
Para perantau yang terdiri dari Muslim India ini, kemudian bersepakat untuk mendirikan satu Masjid. Maka berdirilah Masjid Keling yang terbuat dari kayu kapur atau kayu merah.
Pada masa itu, komunitas Muslim India membangun Masjid Keling dengan arsitektur berbentuk panggung, meskipun letaknya sedikit jauh dari lautan.
Sejak kedatangannya pada abad 19 silam, keberadaan Orang Keling bertahan cukup lama di Tanjungpinang. Orang Keling bertahan hidup dengan berdagang.
Namun sebagian kecil Orang Keling yang merupakan pedagang itu, meninggalkan Tanjungpinang di pertengahan tahun 1950-an.
Kebanyakan pedagang memilih bermigrasi ke Singapura atau Medan Sumatera Utara. Namun, ada pula sebagian kecil Orang Keling menetap dan menikah dengan penduduk Tanjungpinang.
Masjid Agung Al Hikmah Berdiri Sejak Tahun 1834
Menurut salah seorang Peneliti Sejarah BRIN yakni Dedi Arman, keberadaan Masjid Agung Al Hikmah atau Masjid Keling telah ada sejak tahun 1834.
Menurut catatan sejarah, pada saat itu, kata Dedi, Masjid Keling ini letaknya berdekatan dengan kelenteng atau Vihara Bahtera Sasana di kawasan Kota Lama Tanjungpinang.
“Pada tahun 1834, belum ada gereja di Tanjungpinang. Kemudian seorang pendeta Belanda datang ke Tanjungpinang dan sudah melihat keberadaan Masjid Keling ini,” ungkap Dedi.
Menurutnya, pada peta tahun 1860, terdapat tiga bangunan rumah ibadah di lokasi yang berdekatan di kawasan Kota Lama Tanjungpinang.
Tiga rumah ibadah yang saling berdekatan di Tanjungpinang yakni Masjid Keling, Geraja GPIB atau Gereja Ayam dan Vihara Bahtera Sasana.
Sejarah keberadaan Masjid, kata Dedi, erat kaitannya dengan komunitas perantau dari Anak Benua India (India Subcantinetnt ) di Tanjungpinang.
Perantau ini terdiri dari orang Keling, Coromandel, Benggali atau Bengal, Bombai dan Sikh. Komunitas ini ke Tanjungpinang untuk berdagang kain, roti, rempah-rempah dan obat-obatan.
Setelah beberapa waktu menetap di Tanjungpinang, beberapa Orang Keling Muslim pun bersepakat membangun satu rumah ibadah. Saat itu, ritual ibadah masih menggunakan ritual islam ala India.
“Jadi semua perantau yang berasal dari Anak Benua India ini disebut Orang Keling. Penduduk memanggil mereka dengan sebutan “Bai” yang bermakna saudara,” jelas Dedi.
Saat ini, bentuk bangunan asli Masjid Keling tidak lagi berbekas. Kini di atas bangunan Masjid Keling, berdiri Masjid Agung Al Hikmah dan telah tiga kali mengalami renovasi sejak tahun 1956.
Setelah dilakukan penambahan dan perombakan hingga renovasi, Masjid yang memiliki satu menara yang menjulang tinggi ini, dapat menampung lebih kurang 3000 hingga 4000 jamaah.
Arsitektur Khas Bercorak Melayu
Kini, sambung Dedi, Masjid Agung Al Hikmah mempunyai arsitektur khas dan bercorak Melayu dengan atap berbentuk limas yang memiliki tiga tingkatan yang mengerucut ke atas.
Di tingkatan kedua terdapat kubah kecil yang diletakkan di setiap sudut atap. Sedangkan di bagian paling atas, terdapat satu kubah besar dan empat kubah kecil.
Di halaman Masjid Agung Al Hikmah Tanjungpinang, berdiri menara yang menjulang tinggi dengan ketinggian lebih kurang 40 meter.
Area dalam Masjid, terdapat sebuah mimbar yang terbuat dari kayu jati dan bercorak khas Melayu. Dinding dalam bagian atas terdapat tulisan kaligrafi yang kental dengan nuansa Islami.
“Menara masjid ini menjadi ikon Tanjungpinang sebagai kota Melayu yang menjunjung tinggi adat istiadat yang Islami,” sebut Dedi.
Masjid ini juga menjadi saksi bisu perkembangan Islam di Tanjungpinang. Hingga saat ini, Masjid dengan kubah berwarna kombinasi hijau dan kuning ini, terus menjadi pusat kegiatan agama Islam.
Selain itu, Masjid ini juga aktif sebagai tempat menimba ilmu, aktif mengadakan pengajian rutin dan majelis taklim.
Tak hanya itu, Masjid ini menjadi tempat pemotongan hewan kurban saat Hari Raya Iduladha hingga berbagai kegiatan sosial keagamaan lainnya.
“Masjid ini juga menjadi destinasi wisata religi,” ujar Dedi.
Dengan segala cerita dan keunikannya, Masjid Agung Al Hikmah adalah bukti nyata dari sejarah, budaya dan spiritual masyarakat Tanjungpinang.
Selama hampir dua abad, lanjut Dedi, Masjid ini telah menjadi saksi sejarah perkembangan Islam dan kehidupan sosial di Tanjungpinang.
“Keindahan arsitektur bercorak Melayu dan nilai sejarahnya, serta perannya dalam kehidupan masyarakat,” jelasnya.
“Menjadikannya salah satu warisan sejarah yang patut dijaga dan dilestarikan oleh generasi mendatang,” tutup Dedi Arman. (kontenfoto)
Penulis: Yusnadi Nazar